Tips Dari Stoik Biar Kamu Ngga Gampang Marah

Februari 02, 2024


Ada berbagai macam situasi sehari-hari yang membuat kita marah. Cuaca, kemacetan lalu lintas, doi ngga balas chat mu, pacar lupa jemput, temen lupa tanggal ultah kita, dan situasi lain yang menyinggung diri kita.


Marah juga bisa muncul saat kita berhadapan dengan orang yang menyebalkan, misalnya atasan  memberi kita kerjaan menumpuk, rekan kerja yang menyindir kita, dibicarakan oleh teman kita sendiri, dan lain-lain.


Sedikit cerita, aku sendiri tumbuh dalam keluarga yang kurang harmonis (dulu). Ayahku adalah sosok yang cenderung pemarah. Hal sekecil apapun yang tidak sesuai dengannya bisa menjadi pemicu amarahnya. Dulu, tanpa aku sadari, aku tumbuh menjadi anak yang mengadopsi sifat pemarah itu. Kalau diingat-ingat, dulu aku mudah baper terhadap segala sesuatu yang ngga sesuai dengan harapanku. Ketika merasa orang lain ngga bisa memenuhi kemauanku, aku bisa sangat marah. Reaksi marahnya pun bermacam-macam, bisa membanting barang, teriak-teriak, dan juga kadang diam (silent treatmeant). Bahkan, aku sempat dapat julukan ‘kaka naga’ dari adik-adiku karena dulu aku suka marah-marah (galak banget pokoknya).






Ternyata, menurut penelitian, sifat pemarah seseorang memang bisa jadi didapatkan dari keturunan genetik terutama dari ayah. Dilansir dari klikdokter kebiasaan marah seseorang bisa berasal dari keluarga, terutama dari sikap sang ayah. Anak yang suka marah kemungkinan besar mengikuti contoh tingkah laku orang tuanya, terutama sang ayah yang galak (buah jatuh tidak jauh dari pohonnya). Selain itu, marah juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu seperti trauma atau kekerasan. Jadi, kebiasaan marah seseorang bisa dipengaruhi oleh kombinasi faktor keluarga, genetik, dan pengalaman pribadi.



Untungnya aku cepat-cepat menyadari itu dan memiliki keinginan untuk berubah. Menjadi pribadi yang mudah marah itu ngga enak. Seringkali aku diliputi rasa menyesal dan bersalah setelah marah. Energi pun menjadi cepat terkuras, marah itu bikin capek. Marah juga bikin hubungan kita dengan orang lain jadi ngga nyaman. Kabar baiknya, sifat pemarah itu bisa hilang kok dengan berbagai latihan yang akan aku bahas nanti.



Terlepas dari itu semua, sebetulnya marah adalah hal yang normal. Menurut Psikologi, kemarahan itu adalah satu dari banyaknya emosi lain yang ada dalam diri manusia seperti kesedihan, kesenangan, kecemasan dan lain-lain. Kemarahan muncul sebagai reaksi alamiah kita saat ada sesuatu yang mengganggu.


Meskipun marah adalah sesuatu yang normal dan wajar, tapi jangan sampai kita menyakiti orang lain dan menyebabkan berbagai macam dampak buruk. Meluapkan amarah, mungkin bisa membuat kita lega sesaat. Tetapi, marah-marah sering kali tidak benar-benar menyelesaikan permasalahan yang ada. Justru, yang terjadi saat kita marah secara berlebihan adalah makin memperburuk keadaan dan menganggu kualitas hidup secara keseluruhan.



Marah biasanya disebabkan oleh karena hal kecil dan sepele namun bisa menjelma menjadi suatu kekerasan yang berpotensi merusak hubungan. Hubungan dengan pasangan, keluarga, teman, dan rekan kerja bisa merenggang bahkan hancur hanya karena kita tidak mampu menahan emosi sesaat.



Bukan berarti kita harus menahan marah. Justu, menahan marah itu bisa berbahaya. Saat kita terus menumpuk kemarahan kita dalam batin, itu bisa jadi bom waktu yang suatu saat meledak juga. Untuk itu, di artikel kali ini aku akan membagikan beberapa tips atau cara agar kamu ngga mudah marah berdasarkan ajaran-ajaran Stoikisme. 



Bagaimana Cara Mengatasi Marah Menurut Stoik?

1. Memahami Pentingnya 'Nalar'

Pertama-tama kita perlu sadari bahwa salah satu anugerah istimewa manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lain adalah 'nalar.' Nalar yang membuat kita bisa berpikir mana yang benar, mana yang salah. Kalau kita mudah tersulut emosi, marah meledak-ledak, sampai ngeluarin kata-kata kasar, lalu apa bedanya kita dengan binatang yang mudah ngamuk saat diganggu? Bahkan binatang aja ngga seburuk itu. Saat kita marah, itu sinyal bahwa nalar kita sedang tidak berjalan dengan baik.


Menurut Om Piring, segala bentuk emosi negatif, termasuk marah, bersumber dari nalar kita yang tersesat. Bermula dari opini dan penilaian kita yang salah. Kabar baiknya, pikiran kita selalu bisa diselidiki dan dikendalikan kapanpun. (Filosofi Teras, p. 93)



2. Periksa Kembali Opinimu

"It is not things that trouble us, but our judgement about things." - Epictetus


Yang membuat kita marah sebetulnya bukan perilaku orang lain terhadap kita, melainkan penilaian kita sendiri terhadap hal itu. Epictetus, seorang filsuf Stoik berkata bahwa "bukan hal-hal/kejadian/situasi/ yang membuat kita kesal, yang membuat kita marah, melainkan pendapat kita sendiri tentang hal tersebut." Marcus Aurelius juga mengatakan hal serupa, "Bukan dia yang membuatku marah, pendapatku tentang dia yang membuatku marah."



Penilaian keliru kita terhadap sesuatu itulah yang membuat kita marah, bukan orang lain atau situasi yang terjadi. Untungnya, kita punya kendali penuh atas penilaian dan pikiran kita. Jadi, jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan. Saat ada sesuatu atau seseorang yang membuat kita kesal dan marah, berhenti sejenak dan periksa baik-baik penilaian kita.



Salah satu pertolongan pertama saat kita merasa marah adalah menarik napas dalam-dalam. Kapanpun, saat kamu terpancing emosi, berhentilah, jangan merespon, dan mulailah tarik napas selama 4 detik, hembuskan 4 detik, lakukan secara berulang sampai kita tenang.



Setelah tenang, ambilah jeda untuk menjauh dari sumber marah. Beri diri kita kesempatan untuk kembali ke nalar kita. Jangan biarkan marah mengendalikanmu, sebaliknya, kendalikan amarahmu. Mulailah berpikir secara rasional, apakah penyebab kemarahanmu berasal dari hal-hal yang bisa kamu kendalikan?. Kalau sumber itu berasal dari hal-hal eksternal yang tidak bisa kamu kendalikan, maka pilihlah alternatif respon lain yang lebih baik selain marah.



Misalnya, pacarmu lupa menjemputmu, padahal dia udah janji. Apakah dengan dia lupa menjemputmu sekali saja itu tandanya dia ngga mencintai kamu? engga kan? Bisa jadi ada sesuatu mendadak yang lebih penting yang membuatnya lupa? Toh, kalaupun emang dia lupa, wajar toh manusia lupa? Kamu sendiri juga sering lupa sesuatu ka? Sebenernya gampang aja kok, ada solusi lain kalau dia memang lupa dan ngga bisa dihubungi, ya tinggal naik ojol aja, kenapa harus ribet?



Latihlah dan biasakanlah dirimu untuk memproses pikiranmu saat kamu ingin marah. Periksa baik-baik penilaianmu sebelum marah.



3. Pahami Efek Buruk Jangka Panjang Kalau Kita Marah

"Betapa lebih berbahayanya akibat yang ditimbulkan dari kemarahan…dibandingkan keadaan yang menimbulkan kemarahan dalam diri kita.” - Marcus Aurelius (Meditations).


Bagi kaum Stoik, segala “nafsu” kita yang tidak rasional (emosi negatif), termasuk marah adalah sesuatu yang merugikan. Kemarahan bisa lebih merugikan kita daripada apa yang dilakukan orang yang membuat kita marah. Marah bisa menimbulkan kerusakan yang mempengaruhi karakter moral kita.


Nafsu yang dianggap paling berbahaya oleh Galen, seorang dokter dan peneliti medis kuno, adalah kemarahan. Karena kemarahan itu menjadi ancaman bagi kerusakan individu itu dan orang-orang di sekitar mereka bahkan bagi masyarakat secara menyeluruh.



Beri kesempatan untuk dirimu merenung tentang efek buruk jangka panjang yang ditimbulkan karena kita tidak bisa mengendalikan amarah. Apa potensi kerugian yang bisa ditimbulkan jika kamu marah? Bisa jadi kerugian terhadap rusaknya hubunganmu dengan keluarga, mengacaukan pertemananmu, menghancurkan barang, menyakiti orang lain karena kata-kata kasar mu.


Ketika kamu merenungi dan memahami hal itu, kemungkinan besar amarahmu bisa mereda, karena kamu tau lebih penting menjaga hubunganmu dengan orang tersayang, daripada harus merusaknya karena emosi sesaat.





4. Berdamailah dengan Orang-Orang Menyebalkan

Setiap hari kita berurusan dengan orang lain. Selalu saja ada orang yang membuat kita kesal, jengkel, marah. Orang-orang seperti itu ngga bisa kita hindari kehadirannya. Kita harus menerima kenyataan hidup ditengah-tengah orang yang menyebalkan. Sikap orang-orang yang menyebalkan itu, menurut Stoikisme tidak berada dibawah kendalimu. Satu-satunya yang bisa kamu kendalikan adalah responmu terhadap orang yang menyebalkan itu. 


Bisa saja kamu meladeni sikap menyebalkan orang lain dengan bertengkar, berdebat, dan lain sebagainya. Namun, besar kemungkinan hal itu tidak mengubah sikap orang lain. Bukan tugasmu untuk mengubah sikap orang lain, orang yang keras kepala dan menyebalkan sulit diubah. 


Salah satu latihan terbaik menurut Sotik adalah "mencari kebaikan." Menyadari bahwa kita punya pilihan lain selain marah, kita bisa mengubah pandangan kita tentang sesuatu atau seseorang yang membuat kita marah. Mungkin saja perilakunya yang menyebalkan itu ngga disengaja, atau jangan-jangan mereka ngga tau kalau perilaku mereka itu salah? Siapa sih manusia yang pengin dianggap nyebelin? ngga ada kan?. Kamu juga perlu menyadari bahwa kamu ngga jauh berbeda dengan mereka, kamu juga bisa jadi menyebalkan buat orang lain tanpa kamu sadari. 


Stoikisme menekankan pentingnya hubungan sosial. Marcus Aurelius mengatakan bahwa secara alamiah manusia adalah makhluk sosial. Oleh sebab itu, kita punya kewajiban untuk membangun  dan mempertahankan hubungan yang baik dengan orang lain bukan menambah musuh. 



5. Lampiaskan Marah Ke Hal Lain yang Tidak Merugikan

Seperti yang udah disinggung di awal, bahwa marah itu normal. Kita ngga bisa selalu mencegah dorongan amarah itu, dan ini adalah hal yang wajar. Namun, bukan berarti kita harus menyerah pada emosi kita begitu saja, hanya karena itu sesuatu yang wajar. Karena dalam prosesnya, kemarahan itu bisa merugikan diri kita sendiri dan orang lain. 


Di sisi lain, menahan marah juga bukan solusi yang baik. Oleh karena itu, itu kita kita perlu menemukan pelampiasan emosi lain yang tidak merugikan siapapun.


Kamu ngga harus marah ke sumber amarahmu secara langsung, kamu bisa mengalihkannya ke sesuatu yang lain.

Ada kisah menarik dari Anne Frank, salah satu anak dari jutaan lebih anak Yahudi yang menjadi korban tewas saat peristiwa genosida kejam, Holocaust. Selama sembunyi dari tentara Nazi, Anne menyimpan sebuah diari untuk mencurahkan segala perasaannya, ketakutan, kesedihan, dan pengalamannya.



"Paper is more patient than people"- Anne Frank


Menulis diary seperti Anne Frank, bisa jadi solusi bentuk pelampiasan marah tanpa merugikan. Tuliskan saja apa perasaan kita dan apa yang membuat kita marah. Dari pada kita mengeluarkan kata-kata menyakitkan pada orang lain, lebih baik kita menuangkannya pada kertas. Ketika kamu marah secara langsung, akan ada kemungkinan kamu lupa dengan apa yang sudah kamu katakan kepada orang lain. Namun, saat kamu menulisnya dalam diary, itu bisa membantumu menelusuri akar masalah yang sebenarnya terjadi dan lebih memahami persoalannya secara lebih jelas.



Baca Juga >> Journaling ala Stoikisme



Setiap orang bisa menerapkannya dengan cara yang berbeda. Salah satu penulis buku asal Amerika Serikat, Austin Kleon, mengatakan bahwa "amarah adalah sumber daya kreatif favoritku." Kleon tidak menggunakan kemarahan itu untuk sesuatu yan sia-sia yaitu mengeluh atau memaki orang, tapi ia menyalurkan kemarahan itu dengan membuat karya. Entah menulis atau menggambar. Luar biasanya, 5 bukunya sukses berada dijajaran buku best seller New York Times. See? marah kalau disalurkan ke hal positif hasilnya ternyata bisa positif.


Temukan pelampiasan marah yang efektif untukmu, bisa jadi menuliskannya, membuat gambar, olahraga, dan lain-lain.



Kesimpulan

Marah adalah bagian alami dari hidup, namun sebagai manusia yang bernalar, kita wajib untuk mengelolanya dengan lebih bijak. Bukan dengan menahan amarah, tetapi lebih mengarahkannya ke hal-hal yang lebih positif. Dengan memahami bahwa marah yang tak terkendali bisa merugikan kita dan orang lain dalam jangka panjang, masih ada kesempatan untuk kita berkembang dan berubah. Semoga tips mengatasi marah dari Stoik di atas, bisa menjadi inspirasi untukmu mengatasi marah, menyikapinya dengan lebih bijak, dan menjalani hidup yang lebih tenang. Aku juga berharap semoga kamu senantiasa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan membawa lebih banyak dampak positif dalam kehidupan sehari-hari. 



Salam,
Prokopton


Referensi

Manampiring, Henry. 2018. Filosofi Teras. Jakarta : Penerbit Buku Kompas


Holiday & Hanselman. Setiap Hari Stoik : 366 Renungan untuk Menjalani Kehidupan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama






Anger Management : 8 Strategies Backed By Two Thousand Years of Practice https://dailystoic.com/anger-management/ 



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.