Things Left Behind : Buku Nonfiksi yang Menyentuh Hati

Juli 29, 2023

Tidak seperti kebanyakan buku nonfiksi yang menggunakan gaya bahasa kaku, bahasa penyampaian dalam buku "Things Left Behind" ini terasa sangat mengalir seperti sedang membaca diary sang penulis sehingga tidak membosankan. Kisah-kisah nyata yang dituangkan penulis pun sukses menyentuh hati. 


Buku "Things Left Behind : Hal-hal yang Kita Pelajari dari Mereka yang Telah Tiada", ditulis oleh Kim Sae Byoul dan Jeon Ae Won. Buku setebal 199 halaman ini diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama dengan versi terjemahan bahasa Indonesia yang juga nyaman sekali untuk dibaca. Buku ini termasuk buku nonfiksi kategori self-improvement.


"Tidak ada yang baik atau buruk. Demikian pula hidup dan mati" -Things Left Behind


Secara garis besar, buku ini menceritakan tentang pengalaman penulis selama bekerja. Penulis memiliki profesi unik yaitu pengurus jasa membereskan barang-barang peninggalan orang yang telah meninggal dunia. Profesi yang sering dipandang sebelah mata itu telah membawanya menemukan makna hidup yang sejati. 


Di balik barang-barang peninggalan orang-orang yang telah meninggal, ternyata menyimpan berbagai kisah tak terlupakan dan dalam kasus tertentu dapat mengungkapkan alasan dibalik kematian seseorang. 


Banyak dijumpai kasus-kasus mengejutkan misalnya kisah kematian orang tua yang tinggal sebatang kara sehingga tidak ada orang lain yang mengetahui kematiannya sampai berbulan-bulan, seorang anak yang membunuh ibunya karena sang ibu terlalu mengekang anaknya, dan banyak juga kasus bunuh diri akibat kesepian. 


Penulis banyak menuangkan refleksi pribadinya dalam buku ini. Ternyata ada banyak hal-hal yang dapat kita pelajari dari mereka yang telah tiada. Buku ini kembali menyadarkan kita bahwa pada akhirnya, setelah kita lenyap dari dunia ini, yang tersisa hanyalah kenangan kita mengasihi orang lain. Bukan harta benda, gelar maupun uang. Sayangnya, kesibukan masyarakat modern saat ini dalam mengejar ambisi, menjadikan kita melupakan sesuatu yang paling penting yaitu mengasihi keluarga, orang tua, kerabat maupun sahabat.




My Impressions & What I Learn From "Things Left Behind"

Saat membaca buku ini, aku merasa tergugah untuk melakukan refleksi diri. Menyadarkanku akan pentingnya peka terhadap orang-orang di sekitar kita. Kita perlu memberi perhatian dan menunjukkan kasih sayang terutama terhadap orang terdekat kita, keluarga, orang tua, adik, kerabat, sahabat, intinya orang-orang tersayang dan terkasih.


Buku ini meningatkan kembali pentingnya meluangkan waktu bersama orang tersayang, sesederhana hanya makan bersama, ngobrol santai, atau apapun itu agar tetap terjalin komunikasi dengan mereka. Selama masih ada waktu, jangan pernah menunda-nunda untuk membuat momen bersama orang tersayang.


Terkadang hal-hal yang sederhana memiliki makna yang besar, hal-hal kecil dapat berdampak besar bagi orang lain.


Buku ini mengingatkan juga akan pentingnya kepekaan kita terhadap orang terdekat. Menyadari akan pentingnya memahami orang lain yang mungkin sedang kesepian, meluangkan waktu untuk hadir menemaninya, mendengarkan ceritanya, memberinya perhatian-perhatian kecil. Hanya sekecil menyapa, menanyakan kabar, baik itu lewat telpon maupun teks.


Hal-hal remeh seperti inilah yang seringkali kita lupakan. Jangan sampai kita tidak peduli dan membiarkan orang terdekat kita kesepian.


Kisah-kisah mati kesepian sangat menyesakkan untukku, tidak ada kerabat yang peduli apalagi mau mengurus kematian kita. Buku ini benar-benar membuka hati dan pikiran ku untuk lebih memedulikan sekitar.


“Sebenarnya bunuh diri dan kematian seorang diri dalam kesepian adalah pembunuhan yang diakibatkan oleh ketidakpedulian kita.” -Things Left Behind (p. 138)


Seringkali kita merasa bahwa cobaan hidup yang berat, tidak dapat kita lalui, kemudian memilih untuk menyerah hingga kematian pun menjadi opsi karena tidak sanggup lagi menanggung penderitaan. 

Namun, apapun masalah yang menimpa, diri kita itu sebetulnya berharga lebih dari yang kita kira. Sebetulnya kita juga mampu melalui penderitaan itu, jika kita mau bertahan sebentar lagi, kebahagiaan akan segera datang. Karena itulah hidup, kebahagiaan dan penderitaan saling silih berganti.


Buku ini juga cukup menyadarkan akan pentingnya mensyukuri hal-hal kecil di sekitar kita dan menghargai hidup kita saat ini. Selama kita masih hidup, hiduplah dengan tekun, sebanyak mungkin membuat kenangan mengasihi orang-orang yang kita kasihi karena hanya itu lah yang tersisa pada akhirnya setelah kita tiada dan itulah cara meninggal dalam damai. 


“Semoga kita beruntung mengalami kematian yang damai dan hangat.” -Things Left Behind


Rating & Recommendation


Buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh siapapun. Ada banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil. Sehingga membuat pikiran dan hati kita semakin terbuka untuk merenungkan kembali makna hidup yang sesungguhnya, menemukan kembali arti hidup, mensyukuri hal-hal sederhana dan lebih menghargai hidup dengan mempelajari kisah-kisah mereka yang telah tiada.


Terakhir, seberat apapun penderitaanmu, dirimu itu berharga, jangan menyerah pada hidup!

“Meskipun penderitaan yang melebihi kekuatan kita menimpa diri kita sendiri, kita harus bangkit lagi dan melanjutkan kehidupan karena itulah hidup.” -Things Left Behind 


“Jika kamu mempunyai keberanian untuk mengakhiri hidupmu sendiri, jalanilah hidupmu dengan keberanian itu.” -Things Left Behind (p. 62)


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.