Saya Ingin Berhenti Mencari Pekerjaan

Maret 10, 2024

Setelah menyelesaikan kuliah tahun lalu, saya menghadapi dilema besar. Saya merasa galau memikirkan arah hidup, apakah harus bekerja atau kembali ke dunia entrepreneurship. 

Minat saya terhadap entrepreneurship bermula saat saya SMK, saya sangat antusias setiap ada mapel kewirausahaan di sekolah. Kemudian, setelah lulus SMK, saya mengambil gap year selama 2 tahun (2017-2019) karena gagal SBMPTN. Saya memanfaatkan waktu kosong itu untuk mengeksplorasi banyak hal termasuk entrepreneurship. Selama periode ini, saya merintis beberapa usaha kecil. Mulai dari Seiko Photo, Yepo Design, Yepo Polaroid, Kagumi Alamie, Yepo Gift, Olambie, dll. Saya juga pernah bekerja di Studio Foto dan Perusahaan Korea Selatan yang ada di Purbalingga.

Dua tahun kemudian, akhirnya saya lolos SBMPTN tepatnya pada tahun 2019. Meskipun saya nggak bisa mencapai keinginan saya masuk jurusan bisnis, untuk tetap menyalurkan minat kewirausahaan, saya bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) "Fisip Entrepreneurship" selama 3 tahun dan aktif dalam berbagai kepanitiaan "Koperasi Mahasiswa."











Saat pandemi COVID-19 pada tahun 2020, saya kembali merintis usaha baru yang bernama Neyas Gift. Usaha ini menjadi salah satu yang paling saya nikmati karena saya merasa menemukan passion saya. Saat saya merintis Neyas Gift, saya akhirnya juga menyadari bahwa yang saya inginkan bukanlah karir di suatu perusahaan, melainkan menjadi entrepreneur. Neyas menjadi bisnis pertama saya yang paling terlihat sekali pertumbuhannya, mulai dari omset, ide, sampai saya berhasil berkolaborasi dengan pihak lain dan belajar merekrut 1 pekerja.

Namun, pada tahun 2022 saya harus menghentikan usaha itu sementara waktu (sampai saat ini) untuk fokus menyelesaikan kuliah dan setelah itu berencana mencoba bekerja sesuai keinginan orang tua.

Tepat 1 bulan setelah saya wisuda, pada bulan September 2023, saya menerima tawaran bekerja di sebuah perusahaan konsultan pariwisata, meskipun saya sebenarnya nggak sepenuh hati ingin bekerja kembali. Karena jauh dilubuk hati, saya ingin sekali melanjutkan Neyas Gift. Namun karena dorongan orang tua, akhirnya saya terima tawaran itu dan mengesampingkan keinginan saya. Ternyata, saya cocok sekali dengan pekerjaannya tetapi karena alasan lain, akhirnya saya hanya bertahan sebentar bekerja di sana dan memutuskan resign.

Entah mengapa saya nggak pernah bisa bertahan lama di tempat kerja. Hal ini membuat saya merasa seperti ada yang aneh dalam diri saya, apakah saya kurang bisa menyesuaikan diri atau terlalu idealis?

Saya merasa nggak cocok dengan budaya kerja 9 to 5 dan lingkungan kerja yang nggak sehat dapat menguras energi saya. Saya lebih suka mengatur ritme dan waktu kerja saya sendiri. Saya juga sering merasa tertekan saat bekerja di lingkungan yang nggak kondusif. Saya nggak bisa bekerja dengan ikatan jangka panjang. Saya nggak suka aturan ketat dan mengikat, dan ingin bebas berekspresi. Saya juga mudah sekali jenuh, maka dari itu saya nggak menikmati pekerjaan monoton seperti pekerjaan kantoran. Saya merasa berwirausaha jauh lebih fleksibel.

Inilah yang sempat menjadi dilema terbesar saya. Sebagai seorang sarjana, saat saya mengutarakan keinginan saya untuk nggak bekerja dan memilih berwirausaha, saya sering mendapat pertanyaan dan pandangan bahwa saya "menyia-nyiakan" gelar dan ijazah saya. Pilihan menjadi seorang entrepreneur belum sepenuhnya bisa diterima oleh orang-orang di sekitar saya, terutama jika bisnisnya belum sukses.

Banyak orang, termasuk orang tua saya sendiri, yang mendorong saya untuk mendaftar CPNS, BUMN, atau perusahaan swasta lainnya, tetapi saya sama sekali nggak tertarik. Orang tua saya menginginkan saya bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta karena mereka percaya bahwa itu akan menjamin keuangan saya dan meraih status sosial yang lebih baik. Saat saya menyebutkan keinginan untuk kembali menjadi entrepreneur, mereka nggak sepenuhnya mendukung karena bisnis saya saat itu belum bisa stabil.

Saya pun bisa memahami keresahan orang tua saya, memang usaha saya belum bisa menghasilkan banyak dan belum bisa dikatakan menjadi penghasilan yang stabil. Tapi kalau coba saya renungkan, dulu saya belum benar-benar serius pada bisnis. Karena saya juga punya kesibukan lain yaitu kuliah. Bisnis belum menjadi prioritas, maka hasilnya pun masih belum bisa dikatakan baik.

Tetapi saya selalu merasa bahwa entrepreneurship seakan menjadi panggilan bagi saya sejak dulu, dan seakan-akan langkah-langkah saya selama ini selalu menuju ke arah sana. Saya merasa bersemangat ketika membicarakan usaha-usaha baru yang akan saya kembangkan daripada membicarakan tentang pangkat atau jabatan. Meskipun menjadi entrepreneur penuh dengan tantangan, namun justru saya menyukai tantangan tersebut dan merasa jauh lebih puas saat memiliki dan menjalankan bisnis sendiri.

Kalau kamu mengikuti saya di instagram, beberapa hari yang lalu saya membagikan kegiatan saya sebagai peserta PKKP Jateng. Belum banyak yang mengetahui tentang program itu. PKKP adalah Program Pengembangan Kepedulian dan Kepeloporan Pemuda Jawa Tengah. Program ini fokus pada kegiatan entrepreneurship dan sociopreneurship. Dari sekitar 400 pendaftar, saya termasuk 120 pemuda yang lolos seleksi PKKP. Program ini akan berlangsung selama 9 bulan dan saya merasa ini adalah petunjuk bagi saya untuk kembali memilih entrepreneurship.

Saya bersyukur sekali dengan adanya kesempatan ini. Saya ingin memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin dan menunjukkan bahwa entrepreneurship adalah pilihan yang saya yakini. Melalui program ini, saya ingin menghidupkan kembali usaha-usaha saya yang terhenti dan meyakinkan orang tua saya akan pilihan saya untuk menekuni entrepreneurship dan berhenti mencari pekerjaan.

----------------------------------------------


Yepo Polaroid (2020)

Yepo Design (2018)

Seiko Photo (2017)

Kagumi (2017)

Kagumi (2018)

Kagumi (2024)

Neyas Gift (2021)





Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.